Selasa, 30 Oktober 2012

Harga Jual Tanah di kawasan Denpasar naik hampir 100 persen setiap tahunnya

Warung Jatiluwih259 - Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Bali memprediksi harga properti di Bali akan mengalami kenaikan hingga 15 persen. Kenaikan itu merupakan imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang rencananya berlaku mulai 1 April 2012.

Kenaikan itu membuat harga properti di Bali, khususnya di sekitar wilayah Denpasar, menjadi semakin mahal. Saat ini, harga jual tanah di kawasan Denpasar naik hampir 100 persen setiap tahunnya.

"Perbandingan pada tahun 1996 lalu saya menjual tanah di kawasan Muding, Denpasar Rp17 juta untuk satu unit rumah tipe 70. Sekarang harganya melambung menjadi Rp350 juta sampai Rp400 juta. Jadi perhitungan tiap tahunnya selalu terjadi kenaikan harga jual sebesar 100 persen," ungkap Ketua DPD REI Bali, Dewa Putu Selawa, Selasa, 13 Maret 2012.

Selawa memperkirakan, kenaikan harga tanah di Denpasar Bali terjadi karena faktor kondisi lahan yang semakin sedikit. Berkurangnya kawasan hunian itu akibat banyaknya alih fungsi lahan.

Kenaikan harga tanah juga dipicu terbitnya ketentuan pembatasan lahan Bali dalam bentuk Perda Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Bali.
Dalam Perda itu, sejumlah kawasan di Bali tidak dapat dialihfungsikan menjadi lokasi hunian. Areal itu nantinya hanya boleh dijadikan kawasan hijau.

Selawa mengungkapkan, hunian yang paling diminati masyarakat rata-rata berjarak 10 km dari pusat kota Denpasar dengan lebar jalan mencapai 6 meter. "Untuk hunian seperti itu, agak sulit saat ini, sehingga alternatif perluasan pasarnya mengarah ke daerah Gianyar dan Tabanan," imbuh Selawa.
 
Terkait kenaikan harga properti akibat naiknya harga BBM, Selawa menilai hal itu sebagai respon yang wajar. Alasannya, BBM sangat mempengaruhi  harga semen, ongkos bahan baku bangunan, dan ongkos buruh.

Dalam situasi seperti saat ini, imbuh Selawa, sekitar 25 persen pelaku properti di Bali menahan diri untuk menjual lahannya. Tujuannya, pemilik lahan ingin mendapatkan harga maksimal ketika rencana kenaikan BBM benar-benar terealisasi.
                                                                                                                   
Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id

Kamis, 11 Oktober 2012

Rejeki dari Bunga Jepun/Kamboja Kering

Warung Jatiluwih259 - Belum lama ini saya memperhatikan  beberapa warga di sekitar saya yang melakukan aktivitas pengumpulan bunga Jepun ( kamboja), Bunga yang khas dengan kuburan ini memang relatif terlupakan karena selama ini dikenal orang sebagai tanaman yang biasa tumbuh di areal perkebunan saja.

Soal pohon kamboja ini, ingatan saya terbang mengenang kondisi sekolah dasar waktu masih kecil. SDN 3 Kesiman, waktu itu dihiasi dengan sebatang tanaman kamboja yang tumbuh di halaman depan. Kami sering bermain di pohon itu. Sekedar naik sampai batang tertinggi yang masih bisa dinaiki. Bermain membuat kipas dari daun kamboja ini. Membuat rangkaian kalung dari bunga yang mekar. Salah satu acara bermain yang menarik adalah mencari jumlah kelopak bunga yang unik. Untuk diketahui jumlah kelopak bunga kamboja selalu lima. Namun kadang kami menemukan yang lain seperti empat atau enam. Kalau tidak dapat menemukan juga, seringkali menipu teman dengan membuang satu kelopak atau menambahkan kelopak palsu dalam kuntum bunga ini. Saat itu sama sekali tidak tahu tentang pemanfaatan bunga kamboja untuk hal yang berguna.

Bunga Jepun/kamboja terdiri dari banyak jenis. Bunga yang sering tumbuh di kuburan adalah jenis Plumeria Acuminate. Tanaman ini dapat tumbuh tinggi sampai empat meter dengan batang yang keras. Sosol batang akan banyak mengalami percabangan. Bunga yang keluar berwarna putih dengan semburat kuning di bagian tengahnya.Jenis lainnya ada yang menamakan Jepun Cendana, Jepun Bali dll yang banyak diperjual belikan.

Seperti yang saya lihat beberapa warga di sekitar saya ada yang mengumpulkan bunga kamboja/jepun ini untuk dijual . Mereka mengumpulkan bunga ini dari komplek perumahan, pohon Jepun dipinggiran jalan atau dari rumah mereka yang memiliki tanaman jepun ini.

Bunga yang sudah dikumpul selanjutnya dikeringkan dengan jalan penjemuran di bawah sinar matahari. Bunga yang sudah kering dikemas dan dikumpulkan untuk kemudian disetorkan ke pengepul yang datang secara periodik. Harga bunga kamboja/Jepun kering sudah mulai merangkak naik mulai dari Rp 70.000/kg sampai saya dengar sekarang Rp 110.000/kg 

Jika musim kemarau pengumpul lebih senang menjual bunga jepun/kamboja kering karena dapat memperoleh uang lebih banyak. Proses pengeringan sangat mudah karena bunga cukup dijemur di atas anyaman bambu dan diletakkan di halaman rumah supaya terkena sinar matahari. Dalam waktu tiga-empat hari biasanya bunga jepun/kamboja akan cepat kering.

Bunga jepun/ kamboja kering digunakan sebagai campuran obat nyamuk bakar. Hal ini dimungkinkan karena kandungan minyak atsiri yang terkandung di dalamnya yang memiliki sifat anti serangga. Selain itu bunga ini kalau terbakar juga memiliki aroma tertentu. Dengan demikian bahan ini bisa lebih berguna karena lebih ramah lingkungan.

Ternyata banyak juga bahan di sekitar kita yang bisa menghasilkan pendapatan baru seperti halnya bunga kamboja ini. Tadinya dikira berupa barang tak berguna, tetapi dengan sedikit pengetahuan ternyata bisa memberikan peluang untuk menambah pendapatan.

Tanaman ini sampai sekarang belum ada yang melakukan budidaya secara khusus di lahan kebun. Padahal cara penanaman dan perawatan sangat mudah. Jepun/Kamboja dapat ditanam dengan setek batang ataupun langsung memotong batang dan dapat segera tumbuh. Perawatan juga tidak memerlukan penanganan secara khusus, yang penting memperoleh air secara cukup. Apabila ditanam saat musim hujan lebih menguntungkan lagi. Tanaman ini juga dapat tumbuh di berbagai lahan tanah bahkan yang sedikit berpasir pun masih tahan.

Selasa, 09 Oktober 2012

Galeri Foto - Foto (1) Malam di Warung Jatiluwih 259


Mulai Berwirausaha dengan Sikap Mental yang Berbeda ?

Warung jatiluwih259 - Ketika seseorang mulai berbisnis, tentu banyak ketakutan dan kendala yang dihadapi. Takut kehilangan kemapanan sebagai pegawai, yang sudah pasti terima gaji pada setiap bulan, takut kehilangan fasilitas dari kantor, hingga takut tidak dapat memenuhi kehidupan keluarga.

“Sebenarnya yang paling membuat orang tidak berdaya adalah mental,” ujar motivator dan wirausahawan Tung Desem Waringin. 

Sikap mental ini sangat terkait erat dengan masa lalu seseorang. Dia bercerita, ada pegawai negeri yang sebenarnya hendak memulai berwirausaha, tetapi tidak berani memulainya. Selidik punya selidik, ayahnya yang pegawai pernah berwirausaha tetapi ditipu mitra bisnisnya dan akhirnya bangkrut. Sejak saat itu ayahnya mengatakan bahwa berwirausaha itu penuh risiko dan tidak menyenangkan, lebih baik menjadi pegawai karena akan menerima gaji tetap.
 
“Apa yang dia dengar, dia lihat dan dia rasakan sangat melekat pada benaknya. Sikap mental ini selalu menghambat dia untuk melangkah menjadi wirausahawan. Bagaimanapun dia mengikuti pelatihan, tidak akan membuatnya menjadi berubah menjadi wirausahawan sebelum hambatan mental itu dibongkar,” kata Tung lagi.
Bagaimana membongkar sikap mental ini ? Perubahan memang memerlukan proses. Proses ini berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. “Tetapi, perubahan itu akan terjadi jika ada alasan yang sangat kuat,” kata Tung.

Berbincang dengan diri sendiri


Perbincangan dengan diri sendiri (self talk) juga berpengaruh terhadap sikap mental seseorang. Jika salah mengarahkan, akan menjadi negatif dan malahan membuat tembok halangan menjadi lebih tebal lagi.

Pertanyaan seperti “Bagaimana kalau berusaha lalu bangkrut ?” itu merupakan pertanyaan yang biasa diajukan ketika seseorang mau berwirausaha. Pertanyaan ini dapat diubah menjadi “Apa ruginya jika tidak memulai bisnis dari sekarang ?” atau “Apa untungnya jika memulai bisnis dari sekarang ?” “Itu bisa dijawab, kalau memulai dari sekarang, jika bisnis gagal maka masih ada waktu untuk memperbaikinya, keuntungannya, jika bisnis berhasil, kesempatan untuk menikmatinya juga lebih panjang,” kata Tung yang juga pernah menutup beberapa bisnisnya karena prospeknya tidak baik.


Dia juga menekankan, sesama wirausahawan sebaiknya tidak menganggap wirausaha lain sebagai saingan yang harus dijegal. Sebaliknya, wirausaha lain harus dirangkul dan diajak bekerja sama untuk bersama-sama maju.


“Kesalahan yang sering saya amati adalah para wirausahawan ingin cepat mendapatkan untung dalam jangka pendek. Padahal, berusaha itu merupakan proses dan harus dilihat dalam jangka panjang. Orang yang sukses berbisnis mampu melihat keuntungan jangka panjang ketimbang jangka pendek,” kata Tung lagi.

Sumber: kompas.com 

Catatan Kecil dari Mayungan Agro Festival

BERTEPATAN dengan peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 67, “Talov (Tabanan Lover)” yaitu; komunitas kreatif  berbasis media sosial  yang di gagas oleh anak-anak muda di Kabupaten Tabanan Bali, mencoba memperingatinya dengan cara berbeda. Talov merayakan bersama-sama ditengah komunitas desa, melalui “Mayungan AgroFestival”.

Mayungan adalah nama desa Pakraman/Adat yang secara kedinasan bagian wilayah Desa Antapan Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan, tepatnya lebih kurang 45 km arah utara Ibu kota Provinsi Bali, Denpasar.

Desa Pakraman Mayungan adalah desa pertanian. Berada di ketinggian lebih kurang 900 dpl, suhu udaranya sejuk. Produk utama petani Desa Mayungan yaitu; aneka sayuran (holtikultura), bunga dan buah-buahan.

Menuju Desa Adat Mayungan bisa ditempuh dari dua jalur, yaitu; melalui jalur Denpasar – Mengwi menuju kota Singaraja. Sepuluh kilometer sebelum obyek wisata Bedugul kita akan melewati Desa Baturiti. Dari Baturiti kita belok kanan menempuh jalan kecil sekitar 2 Km.
Jalur kedua, bisa ditempuh dari Denpasar ke arah utara, searah menuju obyek wisata hutan kera, Sangeh. Dari Sangeh kita menempuh jarak 15-an km lagi menuju arah Desa Sulangai, beberapa menit perjalanan kita pun akan tiba di desa Pakraman Mayungan.

Menuju Desa Mayungan,  kita akan disuguhkan pemandangan indah nan hijau. Nampak subur kebun kopi, buah, sayuran dan bunga. Desa yang indah berlatar rimbunnya hutan, bukit dan gunung, sebut saja hutan Beratan, dan Pucak Manggu. Dikejauhan nampak indah Gunung Agung samar menjulang, beratap langit.

Biasanya, meraka yang baru pertama kali melewati dijalur ini akan tergoda untuk berhenti dan turun sejenak dari kendaraan. Menatap indahnya panorama alam dan mengabadikannya dengan kamera. Atau sekedar bertegur sapa dengan petani yang melintas atau bekerja. Sebuah pengalaman wisata agro yang pasti tak terlupakan.

 
Merekam Jejak Budaya Agro Tabanan
Sebagai daerah agraris, Pemerintah Kabupaten Tabanan selama ini telah menetapkan bidang pertanian sebagai titik pusat dari keseluruhan gerak langkah pembangunan. Bidang pertanian merupakan salah satu pilar penting dalam keseluruhan gerak budaya Masyarakat Kabupaten Tabanan yang terkenal subur. Kabupaten Tabanan pun dikenal dengan sebutan lumbung pangannya Bali.

Sayangnya saat ini paradigma kebijakan serta perhatian pemerintah masih dominan dalam bidang pertanian padi sawah. Hal itu terbukti minimnya data informasi terkait potensi pertanian non padi. Termasuk produk pertanian lain yang senyatanya sangat mendukung spirit dan pelestarian budaya lokal, seperti buah lokal dan bunga, sebut saja; bunga Gemitir yang kini banyak dibudidayakan oleh petani Desa Pakraman Mayungan. Gemitir banyak dibutuhkan oleh masyarakat Bali untuk kegiatan upacara keagamaan.

Erwin Soekoer. Beliau adalah pemilik usaha “Bali Gemitir” yang juga fasilitator dalam  festival kali ini. Bli Erwin, belakangan terus mengajak masyarakat untuk bangga sekaligus terus melakukan inovasi dalam hal budidaya pertanian, khususnya tanaman bunga Gemitir. Melalui bunga Gemitir mayarakat petani Desa Mayungan digugah untuk terus belajar, membangun usaha pertanian yang berdaya saing.

“Bunga Gemitir Saraswati” begitu masyarakat menyebutnya, adalah salah satu jenis yang disukai oleh petani Mayungan. Jenis ini mulai dikenal sekitar empat tahun yang lalu.
Bunga dibutuhkan banyak di Bali. Keyakinan dan budaya masyarakat Bali sangat dekat dengan aneka jenis bunga. Bunga pun memberi nilai budaya yang tinggi. Kedepan potensi “nilai budaya” di sektor pertanian harus terus dikaji, sekaligus sebagai upaya penghormatan dan perlindungan nilai dan system budaya lokal, yang terbukti berdampak terhadap kokohnya system ketahanan pangan Bali. Dengan kata lain, aktivitas pertanian masyarakat (Subak dan Para Subak) sangat sejalan dengan nilai-nilai keyakinan orang Bali. Karena berdampak tubuhnya ekonomi kerakyatan yang sangat benar-benar merakyat. Selaras alam.

Jadi sesungguhnya gerak langkah masyarakat petani Bali bukan lah sekedar profesi semata. Budaya pertanian masyarakat Bali adalah perwujudan dan praktek-praktek atas kesadaran/keyakinan akan spirit lokal, termasuk kearifan adat istiadat yang telah diwarisi secara turun temurun.

Gema Kemerdekaan, Mayungan Agro Festival.
Gema “Mayungan  Agro Festival” benar-benar telah menyebar di kalangan warga sekitarnya.Di Hari Kemerdekaan RI ke-67 kali ini, pelaksanaan “Mayungan Agro Festival” diharapkan dapat menggugah semua pihak, bahwa sesungguhnya masyarakat petani kita perlu mendapat perhatian. Tabanan harus bisa mendudukan dan merevitalisasi sektor pertanian menjadi sektor unggulan yang benar-benar bisa dibanggakan. Melalui festival kali ini, diharapkan bisa tumbuh  inisiatif warga, pelaku usaha maupun semua pihak untuk bangkit bersama membangun potensi wilayahnya.

“Mayungan Agro Festival” diharapkan dapat memberi inspirasi luas baik bagi warga maupun pemerintah daerah dalam mengelola potensi agro Tabanan. Jadi perayaan hari kemerdekaan kali ini buakan sekedar upacara, namun wajib dan harus bisa menjadi penyemangat kerja sekaligus memberi dampak langsung bagi kesejahteraan rakyat. Masyarakat sudah siap bekerja, Pemerintah tinggal memberi proteksi dan fasilitasi saja. Sebut saja perbaikan sarana jalan desa, yang kini kondisinya rusak parah.

“Saat hujan tiba, banyak petani rugi karena truk/mobil yang hendak mengangkut produk pertanian batal datang  ke Mayungan. Para sopir tidak berani melintas karena jalan licin dan sangat berbahaya,”jelas Erwin Soekoer sambil berharap agar pemerintah segera memberi perhatian.

Di hari kemerdekaan ini kebosanan rakyat jangan lagi dijejali dengan slogan-slogan yang tak berarti. Hendaknya paham kebangsaan dan  cinta tanah air bisa dibuat lebih membumi. Semoga pelaksanaan “Mayungan Agro Festival” kali ini, benar-benar menginspirasi semua pihak untuk mengenal lebih dekat “Jejak Budaya Agro Tabanan” yang belakangan mulai terasa sepi.

Begitulah, “Mayungan Agro Festival” benar-benar sederhana, namun memiliki sejuta makna. Berlangung dua hari 17-18 Agustus 2012 di lapangan umum Mayungan. Dimeriahkan “aneka lomba yang merakyat seperti;  ngejuk lindung, kontes sapi gemuk, panjat pinang, pameran pertanian, pameran produk pertanian,  hiburan rakyat dan sebagainya.